26.3.12

Maafkan

Pagi ini aku kembali menemukan pesan di facebook ku, masih darinya..
Ia kembali menanyakan kabarku, kesehatanku dan kegiatanku sekarang.

7 tahun lalu..
Kelas 3 SMA, kami berada pada satu kelas yang sama. Kami tidak dekat. Bertatap secara kebetulan enam hari dalam seminggu, hanya itulah yang terjadi. Yang aku tahu dulu ia sangat menggemari kartun Jepang Naruto dan saat itu aku juga sering menggambar kartun di buku sekolah.. Pernah kami bercerita tentang hobi kami sebagai sesama penyuka kartun. Hanya itu dan satu tahun berlalu.
Kami masuk di Universitas yang sama namun pada Fakultas yang berbeda. Sesekali bertemu secara kebetulan di dalam bis atau di terminal kampus.

1 tahun lalu..
Untuk pertama kalinya kami saling menyapa melalui chatting di facebook.. "Hai, apa kabar? sibuk apa?".. Itulah mula komunikasi kami yang berakhir dengan bertukar nomer handphone dan pin BB. Layaknya teman lama, kami berbagi cerita.. Saat itu, Ia telah bekerja di Jakarta dan aku masih menjadi mahasiswa tingkat akhir.. Intens? Tidak!
Hanya satu atau dua minggu sekali kami bertukar kabar. Tentang wisata dilibur panjang yang ia habiskan dengan teman-temannya, tentang Pekan Raya Jakarta di weekend nya, tentang makan siang dengan nasi padang porsi kulinya, tentang telat ke kantor dan mendapat teguran dari Boss nya.

12 Juli 2011..
"Selamat ulang tahun Ndah, aku punya hadiah buat kamu" sebuah kalimat yang ia tulis dipesan facebook bersama sebaris URL dengan pesan "didonlot ya, itu hadiahnya"
Video metamorfosa saya dengan backsound Beautiful Girl miliknya Jose Marry Chan menjadi pengantar tidurku malam itu..

Waktu terus berjalan, masih seperti biasa..
kadang, pagi2 aku berkicau padanya tentang ini itu, tentang printerku yang tiba2 saja rusak padahal deadline laporan harus segera diserahkan..
Atau dia yang kerap mengajakku makan siang bareng.. Hah! bagaimana bisa, aku dimana dia dimana.. dasar!!

November 2011..
Dia mengabarkan akan datang ke Palembang dan meminta waktu untuk bertemu.. Kampus menjadi tempat pertemuan yang dia tentukan..
"Aku udah di kampus, cepat dateng ya. Aku tunggu kamu Ndah" smsnya padaku.
"Aku sibuk mengurus yudisium, maaf" Satu alasanku saat itu padanya.. Ada yang lain? Iya. Entah apa, hanya saja hatiku berkata tak perlu ada pertemuan antara aku dan dia.
Tega? tidak, tolong jangan katakan itu padaku. Berada pada posisi yang mengecewakan seseorang adalah juga menyakitkan untukku.
Satu minggu berlalu, hujan deras di tempatku membuat pembicaraanku dengannya melalui handphone selalu terputus-putus.. Ah, sinyal!!
Beralih ke sms, cukup panjang isinya dengan baris terakhir bertuliskan "Aku sayang kamu Ndah, aku yakin sama perasaanku ini"
Hhhh, berikan aku pilihan.. Aku akan memilih ini tidak pernah terjadi.
Irama tetes hujan yang kian riak mencumbu tanah dan udara dingin menelusup menyaksikan aku yang hanya mampu terpaku dengan hela nafas panjang kemudian membenamkan wajah ke bantal. Malam ini begitu dingin. Sama seperti hatiku.
Berkali-kali aku mencoba menuliskan balasan dari sms nya itu, namun, berkali juga tombol delete itu aku tekan hingga akhirnya ibu jariku refleks menekan tombol off dan meletakkannya di bawah bantal. Aku memilih untuk menjawabnya dengan diam.
Sejak itu, aku memutuskan komunikasi. Ah tidak, lebih tepatnya membatasi. Tidak ada lagi cerita tentang repotnya pagi hari yang bersiap ke kampus mengejar dosen atau cerita malam yang mengeluhkan betapa lelahnya menjalani aktifitas sepanjang siang. Aku membatasi agar tidak ada harapan yang mendalam atau sebaliknya, kecewa yang mendalam.

22 Desember 2011
Untuk pertama kalinya aku kembali mengirimkan pesan singkat padanya, mengabarkan bahwa hari itu aku mengenakan toga dengan cantiknya.. Ya, aku wisuda. Bagaimanapun dia adalah bagian dari pencapaianku ini, teman yang selalu menyemangatiku, yang mengatakan bahwa aku harus bahagia dan mencapai impianku.

Februari 2012
"Ndah, minggu depan aku ke Palembang.. bisa luangkan waktu sebentar?" begitu katanya yang membuatku gagap seketika..
"emmhh, iya, Insya Allah" kataku.
24 Februari- BBM chat darinya "Ndah, aku udah di Palembang.. See you ya.. jadi kapan kita bisa ketemu?"

Tuhan, apakah Kau akan menghukumku jika kali ini aku kembali mengecewakannya? Jika ia, aku akan menerima hukuman itu. Kuputuskan untuk tidak membalas pesannya dan kembali menekan tombol off pada kedua ponselku. Maaf.
Tega? baiklah, aku tidak akan menyangkal lagi, aku tidak akan membenarkan diri sendiri.. Ia, aku memang tega. Maafkan. Maaf.
Ada alasan yang tidak bisa aku jelaskan kenapa aku melakukannya.. Ah, mungkin aku terlalu kaku..

Hingga hari ini aku tetap membatasi, tidak ada komunikasi balik dariku meski sepertinya dia tak bosan menanyakan keadaanku melalui pesan singkat, BBM dan pesan di facebook.. Hanya saja aku masih merasa bersalah atas janji yang tidak kutepati, hanya saja aku merasa bersalah telah mengecewakan ketika disatu sisi aku selalu ingin membahagiakan orang-orang disekelilingku.
Hanya saja aku membutuhkan waktu untuk mengembalikan semua seperti semula kedekatan aku dan dia, sebagai seorang teman yang berbagi kisah. Maaf.

Pagi ini, kembali membaca pesanmu.. Sungguh terima kasih kau masih peduli padaku atas segala yang telah aku lakukan padamu Rud.

1 komentar:

Ujang Arnas mengatakan...

paling dalem nih cerita :))

bukan fiksi lah, nyata :D

Posting Komentar